Sabtu, 25 September 2010
MUHASABAH DIRI
MUHASABAH DIRI
Copy right from
>> http://www.facebook.com/#!/photo.php?pid=520038&id=100000192160531
Perjalanan hidup seorang muslim tidak selamanya berada diatas jalan kebaikan, tetapi kadangkala ada rambu-rambu yang dilanggar seperti menunda-nunda shalat, ghibah, dusta, iri hati, maksiat dan lainya. Oleh kerana itu, sebaiknya kita harus menyediakan waktu untuk muhasabah diri, mengkaji dan menilai diri kita, mencuba untuk bercermin agar noda dan dosa yang melekat dalam diri menjadi terlihat jelas dan kita boelh segera melakukan perbaikan.
Alangkah baiknya apabila kita selalu menilai apa yang telah kita lakukan dan juga melakukan persiapan untuk menggapai masa depan yang lebih baik, Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr [59]:18)
Ibnu Katsir menerangkan, yang dimaksud “hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” adalah memerhati diri kalian sebelum nanti dihisab oleh Allah SWT, dan perhatikanlah amal soleh apa yang telah kau kerjakan untuk bekal akhir nanti.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:” beruntunglah orang yang selalu sibuk dengan aibnya sendiri dan meninggalkan aib orang lain. (HR. Addailami)
Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah SAW, bersabda: “Orang yang pandai adalah yang menghisab dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’) Hadits ini menggambarkan pentingnya muhasabah dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim, antara lain :
1. Yang pertama kali harus di muhasabah adalah aspek Ibadah, kerana ibadah merupakan tujuan utama kita diciptakan. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 56)
2. Yang ke dua adalah aspek pekerjaan, usia & rezeki. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi Muhammad SAW. bahwa beliau bersabda, ”Tidak akan bergerak tapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang lima perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.” (HR. Tarmidzi)
3. Aspek yang tidak kalah penting untuk kita muhasabah adalah aspek kehidupan sosial, yakni hubungan kita dengan sesama manusia. Kerana hubungan kita dengan sesama manusia memegang peranan sangat penting. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Tahukah kamu siapa yang kerugian itu?“, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang kerugian menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan wang“ (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang kerugian dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala solat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) kerana memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkankedalam neraka (HR. Muslim)
Manfaat muhasabah diri antara lain:
1. Mengidentifikasi aib-aib yang terdapat dalam diri kita. Siapapun yang selalu menilai dirinya, maka dia akan mengenal dan mengetahui kesalahan, kelemahan, cacat dan penyakit yang ada dalam dirinya. Setelah mengetahui keadaan dirinya, dia berusaha memperbaiki segala sesuatu dalam dirinya, mengobati penyakit jiwanya serta melakukan amal-amal soleh, memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya lagi
2. Bersiap-siap untuk menyongsong akhirat nanti. Orang beriman meyakini bahwasanya dunia ini adalah bukan akhir dari segalanya, bukan akhir dari suatu kehidupan yang setelahnya tanpa ada pertanggung jawaban. Mereka meyakini dunia ini adalah fana’ tempat mengumpulkan bekal untuk akhirat nanti. Oleh kerana itu mereka selalu mengadakan muhasabah diri demi kejayaan hidup yang akan dihadapinya kelak. Perhatikan firman Allah SWT: “Dan Sesungguhnya hari Kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)” (QS, Adh Dhuha [93]: 4).
3. Melahirkan rasa malu terhadap Allah SWT. Malu sesuatu yang sangat penting, kerana ia termasuk dalam keimanan. Perhatikan hadits berikut ini: Rasulullah SAW melewati seorang ansar yang sedang menasehati saudaranya tentang rasa malu, maka Rasulullah bersabda: “ Biarkanlah ia memiliki rasa malu karena malu itu termasuk dalam keimanan” (HR. Bukhori dan Muslim). Bahkan lebih dari itu, dalam hadits lain dinyatakan: “Iman dan rasa malu merupakan pasangan dalam segala situasi dan keadaan. Bila rasa malu tidak ada, maka iman pun akan sirna” (HR. Al Hakim)
4. Orang yang muhasabah, akan selalu berusaha untuk memperbanyak amal kebaikan, ini dilakukan kerana ia menyedari, selama ini, ia telah mensia-siakan waktu dengan melakukan hal yang tidak bermanfaat. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam solatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS. Al Mu’minuun [23]: 1-3)
5. Orang yang muhasabah akan takut terhadap Allah SWT, takut berbuat dosa dan maksiat. Dengan takut kepada Allah SWT dapat dihasilkan sifat wara (berjaga-jaga), takwa dan mujahadah (optimalisasi), kita akan berjuang keras untuk mengoptimakan segala yang baik. Jadi takutnya kita kepada Allah SWT akan melahirkan perbuatan-perbuatan terpuji yang bisa mendekatkan kita kepada Allah SWT. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Dan barang siapa yang takut kepada Allah dan rasul-Nya, dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan” (QS. An-Nuur [24]:52). Ibnu Katsir berkata: “Orang yang takut kepada Allah maksudnya takut berdiri di hadapan-Nya dan takut hukuman-Nya, sehingga ia mampu menahan hawa nafsunya di dunia dan senantiasa kembali mentaati seruan-Nya.”
Dari Syadad bin Aus ra, dari Nabi Muhammad SAW, bahawa beaginda berkata, ‘Orang yang pandai adalah orang yang menghisab dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT. (Imam Turmudzi). Dan diriwayatkan dari Umar bin Khatab ra beliau berkata, ‘hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab dirinya di dunia. (Keterangan: – Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dalam Jami’nya, kitab Shifatul Qiyamah War Raqa’iq Wal Wara’ An Rasulillah SAW, bab Minhu, hadits no. 2383. – Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab Al-Zuhud, Bab Dzikrul Maut Wal Ist’dad Lahu, hadits no. 4250. – Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, dalam Musnad Al-Syamiyin, hadits Syadad bin Aus, hadits no. 16501.)
Kehidupan kita di dunia ini, akan sangat menentukan kehidupan kita di akhirat kelak. Untuk itu marilah kita perbanyak melakukan muhasabah diri, kerana sebaik-baik manusia adalah yang selalu menilai dengan bermuhasabah diri dalam setiap perbuatan yang telah ia lakukan.
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan